pada kumpul WCS yang keenam, sesuatu membuat WCS sedikit berbeda dari biasanya. di tengah semua ketegangan yang terpercik di antara kami dan para senior. tepatnya di puncak kemarahan mereka atas semua pelanggaran yang sebagian sengaja dan sebagian tidak sengaja kami lakukan, perasaan yang muncul di dalam diri hampir semua stk 46 adalah ingin terbahak, bukanlah tegang. mengherankan memang.
Semuanya bermula dari hukuman setengah jongkok yang deperintahkan senior kepada kami, tanpa disangka-sangka, ketika mereka semua dengan panasnya memarahi kami, terdengar sayup-sayup cekikikan dari sebelah kiri barisanku. siapa yang bisa percaya? di tengah semua ketegangan Marco Bona Tua justru terbahak menertawakan dirinya sendiri. semua senior kontan tercengang. tapi dengan bodohnya Marco terus terbahak bahkan dengan konyolnya meminta izin untuk berbalik badan dan tertawa dengan puas. melihat adegan tersebut, aku tidak pernah ingin menjitak kepala Marco lebih dari saat itu. karena ulahnya yang bodoh itu justru membuatku ingin tertawa menertawakan dia yang menertawakan dirinya sendiri dengan puasnya. pada saat itu barulah aku sadar, menahan tawa sepuluh kali lipat lebih menyengsarakan daripada menahan tangis. Bahkan Iban, yang bediri tepat di sebelah Marco tak ayal menahan tawanya yang pecah melihat Marco.
Akhirnya mereka digiring ke pohon terdekat dan berdiri berhadapan dan MASIH tetap tertawa. aku hanya bisa meringis kepayahan menahan tawaku, segala upaya aku lakukan. muali dari menggiti lidah, membekap mulut, sampai menghitung buntut angsa hanya demi melupakan ulah bodoh Marco dan tidak ikut ikutan tertawa lepas. aku sedikit iba melihat para senior yang sebagian tercengang, sebagian bingung, dan sebagian lagi kesal melihat tragedi ketawa yang tidak (sangat tidak) tepat waktu itu.
Yah, setidaknya mereka sukses membuat suasana penat itu sedikit menyegarkan. atau untuk sebagian orang sepertiku mungkin justru semakin penat karena menahan tawa yang amat sangat geli dengan susag payah. hahahaha.
9 Agustus 2010
Devi Fitri Yani, 2010
Diposting oleh
Asal Main Tulis Asal Main Cerita
di
17.00
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook